From Miramax Films comes one of the most honored and acclaimed motion pictures of the year, Doubt. Based on the Pulitzer and Tony Award-winning play, Doubt is mesmerizing, suspenses-filled drama with riveting performance from Meryl Streep, Philip Seymour Hoffman, Amy Adams and Viola Davis that will have you pinned to the edge your seat. Written and directed by Shanley and produced by Scott Rudin, the film stars Meryl Streep, Philip Seymour Hoffman, Amy Adams, and Viola Davis, who were all nominated for Oscars at the 2009 ceremonies. It premiered on October 30, 2008 at the AFI Fest before being distributed by Miramax Films in limited release on December 12, 2008 and in a wide release on Christmas Day.
Doubt. Ya, seperti itu judul film ini, berseting tahun 1964 di sebuah Gereja Katolik yang terletak di Bronx, New York, film dibuka dimana Romo Flynn memberikan khotbah mengenai sifat keraguan. Dalam khotbahnya, ia mengatakan bahwa keraguan dapat menjadi ikatan sama kuat dan saling menyokong seperti iman (faith). Malam berikutnya, Suster Aloysius, seorang kepala sekolah yang galak, membahas khotbah Romo Flynn bersama dengan para biarawati di meja makan. Dia bertanya apakah ada orang yang telah mengamati perilaku yang tidak biasa sampai-sampai Romo Flynn mengangkat tema mengenai keraguan dalam khotbahnya. Ia menginstruksikan para suster untuk tetap waspada terhadap setiap perilaku tersebut.
Suster James, guru yang masih muda dan naif, mengamati kedekatan antara Romo Flynn dan Donald Miller, satu-satunya siswa berkulit hitam yang jadi putra altar. Suatu hari di kelas saat sedang mengajar, Suster James menerima panggilan di kelasnya yang meminta Donald Miller bertemu dengan Romo Flynn di ruang pastoran. Ketika ia kembali, Donald terlihat begitu sedih dan Suster James juga mencium bau alkohol dari napas anak itu. Sementara murid-murid didikannya belajar menari, Suster James melihat Romo Flynn memasukkan sebuah kemeja putih ke dalam loker milik Donald. Waspada dengan perilaku yang tidak biasa alias mencurigakan yang baru saja ia lihat, Suster James pun segera melaporkan kecurigaannya kepada Suster Aloysius.
Dengan dalih membahas drama Natal sekolah, Suster Aloysius dan Suster James menuduh Romo Flynn dengan kecurigaan mereka mengenai hubungannya dengan Donald yang tidak pantas. Beberapa kali Romo Flynn meminta mereka untuk meninggalkan masalah tersebut sebagai masalah pribadi antara anak itu dan dirinya, Ia dan anak itu tidak ada hubungan khusus, tidak ada pelecehan seksual yang dilakukan olehnya terhadap anak itu. Suster Aloysius tetap ngotot dengan segala kecurigaannya bahwa Romo Flynn adalah seorang homoseksual. Romo Flynn kemudian mengungkapkan bahwa Donald tertangkap basah meminum anggur altar karena itu ia memanggil Donald ke ruang pastoran. Agar Donald tidak dikeluarkan dari sekolah, Romo Flynn berjanji kepada Donald untuk tidak memberitahukan insiden ini kepada siapapun, dengan demikian Donald tetap bisa menjadi putra altar. Setelah mendengar penjelasan dari Romo Flynn, Suster Aloysius berencana akan memecat Donald sebagai putra altar atas pelanggaran yang telah dilakukannya. Tapi Romo Flynn tidak sepaham dengan Suster Aloysius, Ia berkata kepada Suster Aloysius bahwa ia tidak suka dengan caranya menangani masalah ini. Intolerance! Seperti itu kata Romo Flynn.
Awalnya, Suster James lega dan yakin bahwa Romo Flynn tidak bersalah, Suster James cukup puas dengan penjelasan Romo Flynn, tetapi Suster Aloysius tidak demikian, ia tidak percaya begitu saja, ia malah punya keyakinan bahwa Romo Flynn telah bersikap tidak patut dengan anak itu, bahkan tak tergoyahkan. Dalam sebuah kesempatan di sebuah taman, Suster James duduk bersama Romo Flynn membicarakan soal kemeja yang ia lihatnya, sebuah pakaian dalam yang Romo Flynn masukkan ke dalam loker milik Donald, yang mana sebelumnya tidak ia ceritakan kepada Suster Aloysius. Mereka membicarakan hubungannya dengan sang anak itu. Romo Flynn kemudian memberikan penjelasan yang masuk akal mengenai situasi dan keraguan Suster James. Hingga akhirnya Suster James mendapat jawaban atas segala keraguannya. “I don’t believe it,” kata suster James. Suster James yakin bahwa tidak ada hubungan khusus antara Romo Flynn dengan anak berkulit hitam itu.
Lain halnya dengan Suster Aloysius, ia terus mencari-cari jawaban atas segala kecurigaannya, ia malahan menyuruh Mrs. Miller (Ibu dari Donald Miller) datang ke sekolah untuk menyingkap misteri dibalik kedekatan antara Romo Flynn dengan Donald Miller. Mrs Miller menyarankan Suster Aloysius untuk tidak perlu mengejar hal tersebut lebih lanjut dan lagi pula Donald hanya perlu bertahan di sekolah yang dipimpin oleh Suster Aloysius hingga akhir tahun sekolah (tepatnya Juni) sebelum anaknya masuk SMU. Mrs. Miller menceritakan tentang orientasi seksual anaknya serta kekejaman ayahnya yang sering memukuli anaknya. Mrs. Miller juga mengatakan bahwa sebenarnya bukan karena minum anggur altar itu Donald dipukuli oleh ayahnya, akan tetapi sifat anaknya yang homoseksual (“some of them need a cock,” Mrs. Miller said). Ayahnya tidak menyukai anak itu. Dia memohon kepada Suster Aloysius untuk menghentikan masalah ini, dan merasionalisasi hubungan Donald dengan Romo Flynn untuk melindungi Donald anaknya dari kekejaman sang ayah. Jika Donald bisa lulus dari sekolah Santo Nikolas, peluang baik untuknya dapat bersekolah di SMU yang lebih baik dan itu berarti peluang untuk kuliah. Jika anaknya dikeluarkan karena masalah seperti ini, maka ayahnya pasti akan membunuhnya. Seperti itulah Mrs. Miller bercerita kepada Suster Aloysius dengan air mata bercucuran. Suster Aloysius tidak peduli.
Pertemuannya dengan Mrs. Miller sama sekali tidak memberikan jawaban atas segala kecurigaannya, malahan Suster Aloysius makin ganas aja, soalnya Mrs. Miller kelihatannya lebih berpihak kepada Romo Flynn. Mrs. Miller bersyukur ada pria berpendidikan yang punya kebaikan dalam dirinya mau berteman dan melindungi anaknya. Putranya butuh orang seperti itu. Ia juga tidak pernah ingin bertanya kepada Romo Flynn mengapa dia baik kepada putranya. Di akhirnya perbincangan mereka, Mrs. Miller berkata kepada Suster Aloysius bahwa ia akan di pihak putranya dan mereka yang baik kepadanya, ia akan senang jika Suster Aloysius di pihak yang sama. Itu sepertinya bencana buat Suster Aloysius.
Meskipun tidak memiliki bukti dan tanpa dukungan dari ibunya Donald, Suster Aloysius dalam pertikaian terakhir mereka, memaksa Romo Flynn mengaku dan mengundurkan diri. Romo Flynn berulangkali mengatakan bahwa sama sekali tidak ada hubungan terlarang antara anak itu dengan dirinya. Namun Suster Aloysius begitu keras kepala. Suster Aloysius malah menghubung-hubungkan masalah tersebut dengan masa lalu Romo Flynn, yaitu mengenai Paroki St. Nikolas adalah paroki ketiganya dalam lima tahun terakhir. Suster Aloysius mengatakan bahwa dia telah menghubungi seorang biarawati di salah satu gereja sebelumnya dimana Romo Flynn menjadi pelayan Tuhan tapi menolak untuk mengatakan siapa biarawati itu. Ia juga mengatakan bahwa biarawati yang telah ia hubungi membenarkan kecurigaannya. Romo Flynn sangat marah mendengarnya karena Suster Aloysius lebih memilih menghubungi seorang biarawati dari pada Pastor di gereja itu, yang menurutnya lebih pantas jika Suster Aloysius menghubungi pastor di gereja tersebut jika dia benar-benar ingin mencari kepastian atas kecurigaannya. Suster Aloysius akhirnya meminta Romo Flynn untuk mengundurkan diri. Romo Flynn menjelaskan bahwa ia tidak bisa menceritakan segalanya, memang kemungkinan apa yang seperti yang ada dalam pikiran Suster Aloysius bisa terjadi, tapi secara fisik ia dan Donald sangatlah tidak pantas untuk menjalin sebuah hubungan, ia menyayangi anak itu seperti anak-anak lainnya. Bagaimanapun, Romo Flynn tidak tahan dengan sikap Suster Aloysius yang akan menghancurkan reputasinya hanya karena sebuah ego. Ia menyerah pada tuntutan Suster Aloysius. Romo Flynn memilih meninggalkan sekolah yang dipimpin oleh Suster Aloysius tersebut.
Setelah khotbah terakhir Romo Flynn, Suster Aloysius dan Suster James duduk bersama di taman gereja. Suster Aloysius mengatakan bahwa meskipun Romo James Flynn telah meninggalkan posisinya sebagai asisten pastor di gereja mereka, Romo Flynn ditugaskan oleh uskup sebagai pastor di gereja dan sekolah Santo Jerome. Dia melanjutkan sambil membuat pengakuan bahwa ia sebenarnya berbohong tentang berbicara dengan seorang biarawati di gereja lama Romo Flynn. Ia sebenarnya tidak tahu apa-apa tentang masa lalu Romo Flynn. Ia tidak pernah membuktikan kesalahan Romo Flynn kepada orang lain selain dirinya. Suster Aloysius beranggapan dengan pengunduran diri Romo Flynn adalah sebuah pembenaran atas kecurigaannya. Jika Romo Flynn tidak punya sejarah itu, bukti fiktif yang disodorkan oleh Suster Aloysius tidak akan berhasil membuat Romo Flynn angkat kaki dari sekolah (yang menurut saya Romo Flynn hanya berusaha menempuh solusi yang lebih bijak). Mengulangi jalan cerita sebelumnya dalam film ini, Suster Aloysius mengatakan bahwa dalam mengejar kesalahan, terkadang kita menyimpang satu langkah dari ajaran Tuhan.
Suster Aloysius menyimpulkan, dalam mengejar kesalahan orang lain, satu langkah menjauh dari ajaran Tuhan, tentu saja ada balasannya. Tiba-tiba saja tangis Suster Aloysius pecah sambil berkata kepada Suster James "Saya sebenarnya ragu." (“I have such doubts”). Begitulah ending dari film ini. Tanpa bukti, satu-satunya hal yang pasti adalah Keraguan. Saya pun teringat akan perkataan Romo Flynn, jika kamu merasa pasti, itu adalah emosi, bukan fakta.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Post a Comment